jiwa terjebak
kebendaan memikat
kultus dan puji
selarik pikat mengandung hasrat puja, tak sadarkah engkau akan unsur kebendaan yang menjerumuskan ke jurang maha dalam ? mabuk akan pujian membuat alpa dan terus saja menuju keingkaran. seolah tiada lagi yang lebih baik darimu! ingatlah dibalik puji ada cela. kesombongan itu selaksa iblis, mata pisaunya tajam menguliti tubuh, dengan berlindung disebalik manisnya madu kehidupan, dan tiba tiba terborgol tak bisa beranjak !
melupa yang kuasa
selembar dogma
atau berpura
hanya Allah lah yang berhak Maha ! kau pun tau bukan ? atau kau purapura tak tau ? ah dari kecerdasanya kau adalah mutiara elok bersinar, namun lumpur pekat itu memerosokkan penuh daya pikat. ranum senyummu mentah, katamu menelorkan taji kebusukan !
kerbau dicocok hidung
tak tau juntrung
hidup tau mati
selama manusia masih mengkultuskan manusia : menuhankan manusia lain, maka hakekatnya engkau hidup hanya sekedar menjadi bayang saja, tak pernah nyata menjadi engkau yang berdaulat, yang ada, engkau hanya menjilat telapak kaki tuanmu !
tawa nan pongah
meski banyak serapah
selaksa sampah
sebagai wayang yang di gerakan oleh sebuah pengkultusan sama halnya dengan memuja berhala. ooo betapa pilu jiwamu sebenarnya. berhala di abad modern lebih menyeringai tawa hantunya !
mari kembali
pada Illahi
menuai jati diri
basuh dirimu basuh ruhmu kembali kepada kebenaran sejati. diatas langit tentu masih ada langit, sadarlah masih tersedia waktu sebelum segalanya terlambat. lepaskan segala kultus. sebelum engkau benar benar menjadi katak dalam tempurung !
Uly Giznawati - Hongkong 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar